Program Magister Manajemen (S-2 MM), Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen, Provinsi Aceh, menggelar Seminar Nasional Peluang dan kiat-kiat Entreprenuership Masyarakat Aceh di Sektor pertambangan bagi 150 orang Peserta lintas sektoral, berlangsung di Aula UNIKI, Sabtu, 14 Desember 2019. Seminar nasional tersebut dibuka Wakil Rektor I Drs. Win Konadi M.Si,. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa, ucapan terimakasih atas kesediaan Dr. Said Aziz, M.Sc, pakar geologi – Pertambangan, yang merupakan mantan Peneliti Senior di Departemen ESDM. Kedatangan dan kehadiran seorang ahli sekaligus praktisi pertambangan Nasional dalam seminar ini diharapkan dapat memberi motivasi dan pencerahan dalam memahami potensi daerah, khususnya pertambangan Aceh yang sangat potensial. “Semoga itu akan menjadi suatu buah pemikiran yang dapat meningkatkan ekonomi Aceh melalui upaya-upaya entreprenurship disektor pertambangan,” katanya.
Dr. Said Aziz Al- Idruss M.Sc selaku narasumber dalam kegiatan itu memaparkan, bahwa Banyak negara yang pembangunannya dimulai dengan memanfaatkan Sumber daya Alam tambang yang ada sebagai modal awal, seperti negara Amerika, Canada, Australia, Inggris, Jerman dan akhir akhir ini Negara di Timur Tengah. Provinsi Aceh merupakan daerah yang cukup kaya dengan kandungan sumberdaya alam, terutama dibidang pertambang katagori MIGAS, Batubara, maupun mineral logam khususnya emas. Namun sampai saat ini baru MIGAS yang berhasil dieksplorasi, seperti di wilayah Aceh bagian timur. Sedangkan batubara yang terdapat di Aceh Barat baru sebagian kecil yang dieksplorasi. Mineral logam yang banyak terdapat di Aceh belum ada yang bisa dieksplorasi dengan sekala besar. Meskipun banyak perusahaan telah melakukan explorasinya pada masa orde baru, namun sampai sekarang belum ada yang berhasil mengoperasionalkannya dengan skala besar khusus dibidang tambang, kecuali pertambangan emas plaser dengan menggunakan kapal keruk di S. Woyla, Aceh Barat yang sempat menambang pada tahun 1994 dan terhenti 2 tahun kemudian. Hal ini dominan disebabkan oleh faktor keamanan pada masa lalu saat Aceh dalam kondisi “perang”.
Pada saat ini harap Komisaris PT Indotan Lombok Barat Bangkit-Jakarta ini, Pemprov Aceh dapat mengambil inisiatif untuk melakukan inventarisasi potensi sumber daya alam tambang melalui Dinas Pertambangan Daerah dengan menggandeng konsultan pertambangan disamping menyiapkan sumber daya manusia yang siap pakai pada bidang pertambangan khususnya. Sebagaimana diketahui, investasi bidang pertambangan memerlukan modal yang besar dan jangka waktu eksplorasi yang cukup lama, Seperti halnya batubara, itu bisa memakan waktu 3 sampai 4 tahun, Terang Said Aziz. Kemudian untuk mineral emas, tembaga, dan lainnya bisa 3 – 6 tahun dan diperkirakan tingkat keberhasilan dari explorasinya sekitar 15 %. Banyak perusahaan yang sudah menghabiskan dananya hingga jutaan dolar namun tidak berhasil membuka tambang. Tetapi apabila berhasil, mereka bisa menambang hinhga puluhan tahun dan keuntungan yang cukup besar. Hal utama yang dipelajari suatu perusahaan besar yang igin menanamkan modalnya dibidang pertambangan yaitu faktor geologi daerah itu haruslah prospektif, kemudian faktor keamanan dan politik serta regulasi dan yang terakhir adalah access. Oleh karena itu sambungnya, sekarang ini saatnya Pemerintah Aceh harus bisa berperan aktif mempromosikan daerahnya sebagai daerah yang potensial untuk pertambangan kepada investor baik invesyor didalam negeri maupun investor asing. Saya melihat kalau ada aktivitas eksplorasi, sangat minim membuka lapangan kerja untul masyarakat dan juga iuran yang bisa dipungut oleh Pemda menjadi suatu pertimbangan mereka. Jika usaha pertambangan berjalan, maka bisa kita bayangkan, daerah itu akan bisa lebih maju serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat daerah sekitar. Selain itu, Sudah dapat dipastikan jika pemerintah daerah akan mendapat pajak dan royalti yang cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) serta berimbas kepada access ke daerah terpencil akan terbuka lebar dan dapat terbentuk desa desa baru dalam waktu yang singkat, bahkan tidak mustahil dalam waktu tidak terlalu lama bisa menjadikan desa desa tersebut menjadi kota seperti Sangata di Kalimantan timur. Tutup DR Said Aziz Al-Idruss M.Sc.