Bireuen, Uniki, 07 Maret 2020. Dalam rangka “Tahiroe Gampong” Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (TIM) Jakarta melakukan kuliah umum (Studium General) di beberapa kampus, yakni kepada sivitas akademika Unimal Lhokseumawe, Universitas Almuslim dan Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen, tentang isu-isu sentral kesipan SDM Aceh. Hadir langsung Ketum TIM Jakarta, Dr. Ir. Surya Darma, MBA yang didampingi oleh anggota DPR RI dari PPP asal Aceh, Drs. H. Anwar Idris.
Dalam mengisi studium general terhadap 75 mahasiswa pascasarjana Magister Manajemen UNIKI, selama satu setengah jam di kampus Blang Bladeh Bireuen, Surya Darma menyatakan sudah saatnya kita orang aceh, dan khususnya para pimpinan di Aceh untuk siap siaga menghadapi era disrupsi ekonomi dan energi yang sudah di depan mata ini. Pakar geotermal jebolan ITB, asal Bireuen ini menyatakan disrupsi atau perubahan bisa berdampak positif, juga pada saat yang sama menjadi suatu masalah, karena akan terjadi pergeseran kegiatan pembangunan dari kondisi yang nyata saat ini ke kondisi maya di masa depan. Dan hal ini terjadi atas dorongan revolusi digital 4.0 dalam berbagai bidang, khususnya ekonomi dan energi. Menurut Presiden Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) dan Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) ini, khusus di bidang Energi, dunia akan menuju pada sustainability energy, yang ditandai dengan peran ET yang lebih dominan, semua kegiatan bisnis dan energi yang tidak beradaptasi dengan disrupsi niscaya akan menuju pada kebangkrutan, hal ini telah dibuktikan oleh perusahan Kodak, Nokia, Bloskbuster, dan lainnya.
Surya juga memprediksikan akan kenyataan disrupsi Ekonomi, dunia perbankan dan media, dengan beberapa pergeseran seperti “Perbankan berubah dengan hadirnya financial technology (fintech)”, Bank nirkantor, branchless banking, karena memanfaatkan teknologi. Dalam Industri media, kini akan mengandalkan pendapatan dari iklan dan langganan online, dan kemudian (tidak lama lagi) tambah surya akan merambah ke kendaraan listrik, yang berimbas orang tidak perlu lagi mesin, bengkel dengan suku cadang yang mahal saat ini. Semua memanfaatkan teknologi energi listrik dari matahari.
Lalu pertanyaannya, sambung mantan Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy, “Apa yang harus dilakukan Pemerintah”? Tentunya, harus: (1) Menyiapkan SDM berkualitas yang competitive advantage; bukan comparative advantage, (2) Menyiapkan regulasi yang tepat (jangan seperti kasus Ojol, eksis tapi tidak ada regulasi, kemudian kacau), (3) Menyiapkan SDM yang kreatif dan inovatif, dan (4) Menyiapkan SDM yang memiliki self confidence yang tinggi.
Lalu, bagaimana peluang bagi daerah Aceh?. Pakar geotermal ini tidak menyangkal bahwa potensi Aceh masih dapat dikembangkan, karena menurut Surya, Aceh adalah wilayah (tropik) berlahan potensial luas dan berkeanekaragaman hayati dahsyat (bukit barisan dan G.Leuseur); Potensi kita hanya bisa disetarakan oleh Brazil, sebutnya. Lalu, tanaman di Aceh tumbuh lebih cepat dan lebih besar; bermacam tumbuhan multifungsi ‘tersimpan’ dalam keanekaragaman hayati negeri ini. Kita berpotensi besar menjadi pusat bio-based economy dunia!. Peluang yang dibuka pergerakan dunia ke arah bio-based economy harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jangan sampai kita lagi-lagi ketinggalan!. Surya menekankan lagi “Negara yang potensi sumber dayanya jauh lebih besar dari rata-rata, tidak boleh terbawa arus rata-rata, melainkan harus menjadi leader dan melakukan upaya-upaya R & D, produksi dan pemasaran lebih ekstensif, supaya potensi sumber dayanya itu dapat direalisasikan/ dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah. Oleh karenanya, jawab Surya Darma, kita masukkan dalam visi Aceh 2040 “Membangun Ekonomi Aceh Berbasis Kebersamaan”, diantaranya dengan membuat Kebijakan ekonomi baru, yakni 1.Terus lakukan kerjasama yang harmonis antara pemerintah daerah, sektor swasta dan organisasi Kamar Dagang dan Industri Aceh, 2. Kita harus memobilisir keikut sertaan masyarakat dan individu agar lebih banyak terlibat dalam pembangunan ekonomi Aceh, 3. Membuat populasi yang seimbang dalam kualitas dan kuantitas, 4.Investasi modal luar negri untuk menciptakan kesempatan kerja, bukan untuk menciptakan peluang bagi orang asing yang lebih sejahtera mengontrol ekonomi, 5. Membentuk industrial ventures, dan 6. Membentuk lembaga Aceh Investment Fund (AIF) dengan tujuan memenuhi dan menanggung kepercayaan yang dialokasikan ke Aceh, dan lembaga ini untuk mengumpulkan dana dari Pemerintah Daerah dan sumber-sumber lain untuk kegiatan potensial. Dengan syarat lembaga AIF, hatus memiliki dan ditunjang dari aspek Manajemen yang kuat, handal dan professional, pelaksana yang Jujur dan Efektif dengan pelaku yang Ahli dalam keuangan dan bisnis, tutup Surya.
