Nikmatnya Kuah Beulangong Saat Buka Puasa Bersama

CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari  Blang Bladeh, Bireuen

Buka puasa bersama adalah hal yang biasa dilakukan pada saat bulan Ramadhan.  Kebiasaan ini sebagian telah menjadi tradisi di dalam suatu organisasi/lembaga. Tujuannya adalah mempererat tali silaturahmi dan saling mengenal keluarga masing-masing baik  karyawan maupun anggota organisasi lainnya.

Pelaksanaan kegiatan  ini tentu harus mematuhi aturan sebagaimana yang telah diajarkan dalam agama Islam. Salah satu lembaga pendidikan tinggi yang mengadakan  buka puasa bersama sebagai tradisi setiap tahun dibulan Ramadhan adalah Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) di bawah pembinaan  Yayasan Kebangsaan Bireuen. Kampus Uniki berada di sisi jalan nasional Banda Aceh- Medan, tepatnya di Blang Bladeh Bireuen.

Pihak yayasan telah menunjuk panitia pelaksana untuk menyukseskan acara ini. Sejak pukul 10.00 WIB, panitia yang telah ditetapkan mulai menjalankan tugasnya sesuai bidang masing-masing, di antaranya bidang konsumsi, tempat, dan perlengkapan.  Kamaruddin selaku ketua panitia mengatakan, menu yang akan disajikan dimasak sendiri. Ada kuah beulangong, kari ayam kampung, dan ayam kalasan. Sedangkan menu yang lain diolah oleh tim yang lain.

Kuah beulangong  ini adalah masakan tradisional Aceh, tepatnya berasal  dari Aceh Besar. Kuah ini biasa disajikan pada acara buka puasa atau perayaan hari-hari besar Islam seperti Idulfitri, Iduladha, maulid Nabi Muhammad, serta sering juga digunakan sebagai menu utama acara pesta tetapi daging kambing diganti dengan daging sapi.

Menurut sejarahnya, asal mula sebutan kuah beulangong  karena masaknya menggunakan beulanga/kuali  besar. Isinya daging, tulang, dan jeroan.

Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2008 melalui Kementerian Pendidikan, Kebudyaaan, Riset, dan Teknologi mendaftarkan  kuliner ini sebagai salah satu warisan budaya tak benda.

Informasi  dari orang tua zaman dahulu aslinya bumbu kuah beulangong ada tambahan biji ganja agar daging cepat empuk juga digunakan sebagai bahan penyedap alami dan pengawet. Namun, saat ini ganja termasuk barang terlarang maka tidak lagi digunakan dalam masakan ini.

Tim konsumsi panitia buka puasa bersama tahun ini memesan bumbu kuah beulangong  secara khusus dari seorang teman ketua panitia. Biasanya untuk 1 ekor kambing seharga Rp. 350.000. Untuk mendapatkan rasa yang khas ditambah dengan rempah-rempah, kaum ibu sering menyebutkan  koca-kaci (ada cengkih, kayu manis, kapulaga, dll).

Selain itu, ditambah juga daun pandan, daun kari, daun salam, sereh dan rajangan bawang merah. Untuk acara ini tersedia 2 ekor kambing, prediksi untuk ± 200 porsi.

Pada saat bumbu ditumis hampir semua panitia terhipnotis dengan aromanya yang harum, hampir tak sabar menunggu waktu berbuka. Lokasi masak di gedung pusat administrasi Uniki atau di depan Rusunawa  agar muda mengantar menu yang sudah dimasak ke lobi Rusunawa tempat pelaksanaan buka puasa bersama.

Indahnya kebersamaan semua unsur Uniki dalam mempersiapkan seluruh keperluan untuk berbuka terlihat dari wajah-wajah ceria,  terkadang bersenda gurau dan tertawa lepas. “Hari ini kita lupakan rutinitas perkerjaan,” kata Abdul Hadi,  salah seorang panitia konsumsi ketika sedang mengaduk kuah beulangong.

Sementara panitia yang lain ada yang sedang mengupas timun, merajang bawang ada yang  menumis kari ayam kampung, ada yang menggoreng ayam kalasan, mempersiapkan menu mie pecal dan ada juga yang sibuk membersihkan peralatan yang sudah tidak digunakan, agar terlihat rapi.  Akhirnya seluruh menu selesai dimasak.

Pembagian tugas yang jelas membuat persiapan acara dapat  selesai dengan cepat. Kemudian dilanjutkan oleh bidang penataan sajian  oleh kaum ibu yang terdiri dari unsur pimpinan, karyawan dan dosen. Mereka bersatu untuk menciptakan penataan menu yang menarik, semua tak lepas dari pengawasan  ibu Nuryani  Ketua Yayasan Kebangsaan Bireuen.

Sesuai undangan acara pukul 17.00 sebagian karyawan sudah mulai berdatangan dengan membawa keluarga masing-masing dan disambut oleh panitia tempat. Mengingat acara belum  dimulai  mereka bersantai di bawah rindangnya pohon lengkeng dan gemercik suara air kolam ikan milik Fakultas Pertanian UNIKI disebelah barat Rusunawa. Karyawan dan dosen yang hadir saling memperkenalkan keluarga masing-masing, kesempatan silaturahmi satu tahun sekali ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik.

Kemudian saya memandu acara ini karena ditunjuk sebagai MC. Tepat pukul 18.00 Wib, semua yang hadir menuju tempat acara di loby Rusunawa. Awal acara dimulai dengan sambutan selamat datang dan arahan dari ketua Pembina Yayasan Kebangsaan Bireuen Dr. H. Amiruddin Idris, S.E, M.Si juga sebagai Anggota DPR Aceh, dalam sambutan singkatnya menyampaikan momen yang indah hari ini dapat berkumpul bersama, mempererat silaturahmi yang terhalang karena kesibukan masing-masing.
Tokoh yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan ini  terus berusaha memenuhi berbagai kebutuhan untuk mendukung proses belajar-mengajar mengajar di Uniki, semua tidak  akan ada artinya jika tidak dibarengi dengan peningkatan nilai akreditasi untuk semua program studi, sehingga UNIKI  dapat bersanding dengan beberapa perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia terutama di Aceh, beliau mengajak seluruh unsur peduli dan bekerja sama demi kemajuan UNIKI.

Acara juga diisi dengan tausyiah singkat yang disampaikan oleh Tgk. Jamaluddin, M.I.Kom dengan tema  “ada  empat golongan manusia yang dirindukan surga” yakni orang yang gemar membaca, memahami Al-Qur’an, serta mengajarkan Al-Qur’an,  hidupnya pun sesuai dengan tuntunan Al Qur’an. Sehingga Al-Qur’an tidak hanya sekedar bacaan, namun menjadi petunjuk dalam hidupnya karena diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnua Hafidzil Lisan yakni orang yang dapat menjaga ucapannya,  jangan sampai  menyakiti hati orang lain. Orang yang dapat menjaga lisannya merupakan orang yang selamat dan kelak akan dapat masuk surgaNya serta yang keempat adalah orang yang memberi makan terhadap sesamanya.
Waktu yang dinanti pun tiba, suara sirene menggerakkan  semua yang hadir mengambil menu untuk berbuka pada meja yang telah disediakan. Untuk menghindari terjadinya antrian panjang panitia telah menyediakan 4 meja, 2 untuk kaum laki-laki dan 2 untuk kaum ibu,  tersedia juga meja khusus untuk snack/takjil berbuka.

Tiba saatnya menikmati kuah beulangong daging kambing yang gurih, lezat dengan aroma yang khas. Agar rasanya tidak berubah maka kuahnya jangan dicampur langsung dengan nasi, sediakan piring kecil atau wadah lainnya, kemudian duduk  di tempat yang santai, rasakan sensasinya.  Sajian kuah beulangong akan terasa lebih nikmat apabila rasa garam dan pedasnya pas.

Silaturrahmi dan buka puasa bersama keluarga besar Uniki hari itu berlangsung lancar dan sukses, dari sekian banyak menu yang ada tetapi yang menjadi favorite dan  tak dapat dilupakan adalah kuah beulangong hasil karya chef  Kamaruddin, Sekretaris Magister Manajemen ini kesehariannya  memang hobi memasak. Semoga Ramadhan tahun depan masih dapat menikmati kuah beulangong, kuliner tradisional Aceh yang perlu kita lestarikan.

Artikel ini telah terbit  di Serambinews , Editor Mufti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *