
CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Bireuen
Aceh merupakan wilayah terpanas di Indonesia tahun ini sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Blang Bintang, Aceh Besar, beberapa hari lalu, saat suhu udara mencapai 36,2 derajat Celsius. Cuaca panas sangat terasa tidak saja di siang hari, tetapi juga pada saat malam. Walaupun alat penyejuk ruangan (AC) tersedia, nyaris tak mampu melawan panas.
Dinding rumah yang terkena sinar matahari menyimpan panas sehingga pada malam hari uap panas sangat terasa ketika kita berada di dekat dinding. Begitu juga lantai keramik terasa panas di ruangan yang beratap seng tanpa plafon.
Cuaca panas yang melanda wilayah Aceh saat ini sangat berdampak terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari, baik yang bekerja di luar rumah maupun di dalam gedung perkantoran sebagaimana yang saya dan rekan-rekan rasakan pada ruang kerja masing-masing di Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) Bireuen.
Aktivitas kantor yang biasanya istirahat pada pukul 12.30 WIB, tetapi karena cuaca panas sebagian besar pegawai memilih istirahat lebih cepat karena tidak dapat bekerja dengan nyaman, apalagi kalau ruang kantor berada di sebelah timur.
Proses belajar-mengajar (PBM) tetap berjalan sebagaimana biasa. Namun, karena udara sangat panas banyak mahasiswa yang tidak fokus pada mata kuliah yang diajarkan, mereka sibuk dengan secarik kertas mengipas-ngipas wajahnya. Ada juga yang minta izin keluar, alat penyejuk ruangan yang tersedia tidak mampu mengatasi panas yang menyengat.
Setelah selesai mengikuti mata kuliah, mahasiswa banyak yang memilih duduk santai di bawah pohon dekat kantin kampus. Ada juga yang bersantai di taman lantai 4 karena ada pohon-pohon yang rindang sembari menikmati embusan angin yang menyejukkan. Hal ini membuat mahasiswa enggan beranjak dari lantai 4 Kampus Uniki.
Ada juga mahasiswa yang memilih belajar bersama di selasar depan ruang kelas lantai 2. Mereka duduk lesehan sambil menghirup udara segar dengan pemandangan taman hijau di sisi ruangan lantai 1. Uniki juga memiliki tempat istirahat di bawah balai pengajian pesantren, lokasinya di sisi kolam ikan tempat praktik mahasiswa Fakultas Ilmu Pertanian dan Peternakan sambil menikmati suara gemercik air di pancuran.
Sebetulnya, dari sudut ekonomi cuaca panas itu menguntungkan, terutama bagi pemilik usaha es krim, air tebu, air kelapa muda, minuman segar, buah segar, atau air mineral, seperti di kantin Uniki dan beberapa warung/toko di sekitar kampus.
Cuaca panas bukan hanya berdampak pada aktivitas perkantoran. Para petani justru lebih merasakan udara panas karena mereka bekerja di bawah terik matahari langsung. Sebagaimana yang dirasakan oleh salah seorang petani di Peusangan Selatan yang baru saja menanam sayur-sayuran dan cabai. Lantaran udara panas semua tanamannya tidak tumbuh dengan baik.
Hasil yang diharapkan tidak tercapai, jangankan untuk untung, modal pun tidak kembali. Dia bercerita tujuannya bercocok tanam adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini perekonomian sedang tidak baik, inflasi tinggi dan krisis ekonomi membuatnya harus mencari cara atau upaya agar mampu bertahan di tengah kesulitan sehingga keluarganya tidak akan merasakan kelaparan.
Cerita pilu lainnya datang dari para petani yang harga jual hasil panennya setelah Idulfitri sangat rendah dibandingkan sebelumnya, seperti harga tomat dan cabai yang turun drastis karena hampir seluruh petani di beberapa daerah masa panennya sama.
Kemudian para petani kembali menanam cabai dan sayuran, awalnya semua tanaman subur dan segar-segar karena rajin disiram pada sore hari. Namun, pada saat memasuki cuaca panas perlahan tanaman mulai menguning dan daunnya keriting. Hal ini menyebabkan semangat para petani menurun untuk memelihara dan merawat tanamannya. Udara panas tidak hanya berdampak pada tamanan, tetapi juga pada kesehatan pribadi.
Fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, hal ini, menurut BMKG, merupakan salah satu penyebab udara panas yang terjadi di Indonesia. Ada juga yang mengatakan karena adanya pergeseran atau perubahan pergerakan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau.
Menghadapi cuaca panas yang terjadi saat ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi, yaitu minum air putih lebih banyak daripada biasanya dan jangan sampai menunggu haus. Minuman yang perlu dihindari adalah yang mengandung kafein, energi, alkohol, dan minuman manis.
Untuk menghindari dari sinar matahari secara langsung upayakan menggunakan topi atau payung.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik memberikan tips selain dari yang tersebut di atas agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika berada di luar ruangan, yaitu upayakan memakai baju yang berbahan ringan dan longgar, hindari baju yang berwarna gelap, sedapat mungkin berteduh di antara pukul 11.00 sampai dengan 15.00 WIB. Jangan meninggalkan siapa pun, apalagi balita, di dalam kendaraan pada saat parkir, baik dengan jendela terbuka ataupun tertutup.
Biasakan menggunakan suncreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup baju pada saat ke luar rumah, dan yang terakhir biasakan menyediakan botol semprot air dingin di dalam kendaraan.
Cuaca panas juga dapat menyebab timbulnya gejala-gejala yang terkadang tanpa kita sadari, seperti keringat berlebihan, kulit terasa panas dan kering, jantung berdebar dan berdetak lebih kencang daripada biasanya.
Selain itu, kulit terlihat pucat, kram pada kaki maupun abdomen (perut), mual, muntah, pusing, dan urine jadi sedikit dan berwarna pekat.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut di atas diperlukan langkah sebagai pertolongan pertama berupa mengompres dengan air dingin. Gunakan kain basah pada bagian pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya, serta perbanyak minum air putih.
Apabila pertolongan pertama telah kita lakukan tetapi tidak juga membuahkan hasil yang baik, maka kita perlu menghubungi atau mengunjungi tenaga medis terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan lebih lajut.
Cuaca panas bukanlah alasan untuk tidak produktif. Perlu adanya keseimbangan antara bekerja dan memelihara kesehatan diri. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Untuk itu, mari menjaga kesehatan dengan mengikuti saran-saran yang baik dan jitu sehingga kondisi tubuh tetap terjaga. Anjuran ini bukan hanya untuk para pekerja di luar rumah atau di kantor, tetapi juga untuk para ibu rumah tangga. Jika ibu sakit maka rumah akan terasa sepi, anak-anak akan merasa kehilangan perhatian karena tidak ada yang mampu menggantikan peran seorang ibu di dalam rumah tangga.
Apa pun yang terjadi pada alam pasti ada hikmah yang tidak dapat terjangkau oleh pikiran manusia, untuk itu mari berpikir positif. Cuaca boleh saja panas, tapi kepala dan hati harus tetap dingin.
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Dampak Cuaca Panas terhadap Aktivitas Sehari-hari, https://aceh.tribunnews.com/2023/05/24/dampak-cuaca-panas-terhadap-aktivitas-sehari-hari.