
Ristawati, S.Pd., M.Pd
Desen Program Studi Bahasa dan Sastra Aceh Universitas Islam Kebangsaan Indonesia
Emai: [email protected]
Bahasa Aceh, sebagai salah satu bahasa daerah yang kaya akan nilai budaya dan sejarah, kini menghadapi ancaman serius. Penggunaan bahasa ini di kalangan generasi muda semakin menurun seiring dengan derasnya arus globalisasi dan dominasi bahasa Indonesia. Jika tidak ada langkah konkret untuk menjaga dan melestarikan bahasa ini, Bahasa Aceh berpotensi menjadi warisan yang terlupakan. Namun, di tengah tantangan tersebut, Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) hadir sebagai harapan baru. Kampus ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan tinggi, tetapi juga menjadi jembatan untuk melestarikan dan mengembangkan Bahasa Aceh, khususnya melalui program studi yang inovatif.
Mengapa Bahasa Aceh Perlu Dilestarikan?
Bahasa Aceh memiliki nilai yang tidak hanya terbatas sebagai alat komunikasi, tetapi juga merupakan sarana untuk mewariskan kebudayaan dan sejarah masyarakat Aceh. Dalam bahasa ini terkandung filosofi hidup, adat istiadat, serta cara pandang yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, kehilangan Bahasa Aceh berarti kehilangan sebagian besar warisan budaya yang telah terbangun selama berabad-abad.
Namun, dengan semakin sedikitnya penggunaan Bahasa Aceh di kalangan generasi muda, kita mulai menyaksikan fenomena memprihatinkan: semakin banyak anak muda yang lebih memilih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa asing, karena dianggap lebih modern dan praktis. Kecenderungan ini semakin diperburuk dengan pengaruh media massa, sosial media, dan kebijakan pendidikan yang lebih memprioritaskan bahasa Indonesia dan bahasa asing. Dalam konteks ini, Bahasa Aceh berisiko menjadi bahasa yang hanya hidup di dalam teks-teks sejarah atau sebagai kenangan yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, upaya pelestarian Bahasa Aceh harus dilakukan dengan serius, terutama dengan melibatkan generasi muda.
UNIKI: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh sebagai Jawaban
Di tengah tantangan tersebut, UNIKI telah mengambil langkah penting dengan melahirkan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh. Program studi ini merupakan satu-satunya di Aceh yang secara khusus bertujuan untuk mencetak tenaga pendidik yang kompeten dalam mengajarkan bahasa dan sastra Aceh kepada generasi berikutnya. Keberadaan program studi ini menjadi langkah strategis dalam usaha mempertahankan Bahasa Aceh, serta memperkenalkan kekayaan budaya Aceh kepada lebih banyak orang, khususnya di kalangan mahasiswa.
Program tersebut di UNIKI tidak hanya berfokus pada pengajaran bahasa Aceh secara teknis, tetapi juga mengajak mahasiswa untuk memahami konteks budaya dan sejarah yang terkandung dalam bahasa tersebut. Dalam program studi ini, mahasiswa akan belajar tentang struktur bahasa Aceh, tata bahasa, kosakata, serta ragam sastra Aceh seperti syair, pantun, dan hikayat. Lebih dari itu, mahasiswa juga dilatih untuk menjadi pengajar yang dapat mengajarkan bahasa Aceh secara efektif, baik di sekolah-sekolah, lembaga pendidikan, maupun melalui media digital.
Dengan keberadaan program studi ini, UNIKI tidak hanya berperan sebagai pusat pendidikan tinggi, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan yang berkomitmen untuk menghidupkan kembali Bahasa Aceh. Program studi ini menjadi penting karena melalui pendidikan yang sistematis dan terstruktur, Bahasa Aceh bisa lebih dikenal dan diapresiasi oleh generasi muda, yang akan menjadi penerus tongkat estafet pelestarian bahasa dan budaya ini.
Peran Mahasiswa dalam Pelestarian Bahasa Aceh
Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh memiliki peran kunci dalam pelestarian bahasa dan budaya Aceh. Mereka tidak hanya akan memperoleh pengetahuan tentang Bahasa Aceh dari segi linguistik, tetapi juga akan mengembangkan keterampilan dalam mengajarkan bahasa ini kepada masyarakat luas. Selain itu, mereka juga diajak untuk menggali lebih dalam berbagai karya sastra Aceh yang mengandung pesan moral dan filosofi hidup masyarakat Aceh.
Keberadaan mahasiswa dari Program Studi ini sangat strategis, karena mereka dapat menjadi agen perubahan yang dapat menggerakkan masyarakat sekitar untuk lebih peduli terhadap penggunaan bahasa Aceh. Mereka bisa memulai dengan menerapkan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari, menyelenggarakan kegiatan seperti pelatihan bahasa Aceh, lomba membaca puisi atau menulis cerita pendek dalam bahasa Aceh, serta mengadakan seminar budaya yang bertujuan untuk mengenalkan bahasa Aceh kepada lebih banyak orang.
Di samping itu, mahasiswa UNIKI juga dapat berinovasi dalam menggunakan teknologi untuk melestarikan bahasa Aceh. Misalnya, mereka bisa mengembangkan aplikasi ponsel pintar atau platform online yang memfasilitasi pembelajaran bahasa Aceh. Dengan demikian, Bahasa Aceh tidak hanya dipelajari di ruang kelas, tetapi juga dapat diakses secara luas melalui teknologi, menjadikannya lebih relevan di era digital.
Teknologi dan Media Sosial Sebagai Sarana Pelestarian
Era digital menawarkan peluang besar untuk memperkenalkan dan melestarikan Bahasa Aceh melalui media sosial dan teknologi. UNIKI dapat memanfaatkan platform digital seperti YouTube, Instagram, dan TikTok untuk memperkenalkan Bahasa Aceh kepada khalayak luas. Misalnya, dengan membuat konten edukatif seperti video tutorial belajar bahasa Aceh, pembacaan puisi atau cerita pendek dalam bahasa Aceh, dan dokumentasi budaya Aceh dalam format yang menarik. Hal ini berbanding balik saat ini, dimana masyarakat awam menggunakan bahasa Aceh pada sesuatu yang negatif di media sosial seperti teumeunak (memaki) sebagaimana trend saat ini
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh juga bisa terlibat langsung dalam pembuatan konten-konten digital ini, baik sebagai pengisi materi maupun sebagai pengelola akun media sosial yang berfokus pada bahasa dan budaya Aceh. Langkah ini akan membuat Bahasa Aceh lebih dikenal oleh anak muda di luar Aceh dan bahkan di luar negeri, sehingga generasi muda semakin tertarik untuk belajar dan melestarikan bahasa mereka.