Uniki Gelar Pentas Seni Sebagai Bagian Ujian Akhir Semester Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan

BIREUEN – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Bireuen, menggelar pentas seni pada Selasa (7/1/2025) sebagai bagian dari ujian akhir semester ganjil tahun akademik 2024/2025. Kegiatan tersebut berlangsung di aula lantai tiga kampus Uniki dengan antusiasme yang tinggi dari para mahasiswa dan dosen.

Menurut Wakil Rektor II Uniki, Chairul Bariah., S.E., M.M., pentas seni ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan bentuk evaluasi atas kompetensi yang telah dipelajari mahasiswa selama satu semester. “Ini adalah momen bagi mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan mereka, sekaligus bagian dari penilaian mata kuliah mereka,” ujarnya.

Ragam Seni dan Budaya Ditampilkan

Dalam pentas seni ini, para mahasiswa secara berkelompok menampilkan keterampilan mereka pada sejumlah mata kuliah, seperti olah tubuh, gerak dasar tari, tari Nusantara II, tari tradisional II, vokal II, dan seni tutur Aceh. Kegiatan ini bertujuan tidak hanya untuk mengasah kemampuan seni pertunjukan mahasiswa, tetapi juga untuk melestarikan budaya lokal, khususnya seni tradisional Aceh.

Ruangan tempat festival tersebut diatur dengan dekorasi yang mendukung suasana seni, sehingga para mahasiswa merasa lebih termotivasi dan percaya diri untuk menampilkan yang terbaik. Setiap gerakan dan ekspresi mereka menjadi bahan penilaian oleh para dosen pengampu.

Acara ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan tiga dosen pengampu mata kuliah seni, yaitu Novita Hidayani., M.Sn., Umul Aiman., M.Pd., Novysa Basri., M.Pd, dan Vinny Aryesha., M.Pd., yang memberikan penilaian langsung terhadap penampilan para peserta.

Mengenalkan Budaya Lokal kepada Generasi Muda

Selain menjadi ajang evaluasi akademik, pentas seni ini juga memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu memperkenalkan seni dan budaya lokal kepada masyarakat, terutama generasi muda. Nana, salah satu dosen yang terlibat, berharap bahwa melalui kegiatan semacam ini, para remaja lebih mengenal dan mencintai budaya serta cerita rakyat yang menjadi kekayaan daerah mereka, khususnya di Kabupaten Bireuen.

“Budaya lokal harus terus dilestarikan. Kami berharap pentas seni ini bisa menjadi jembatan antara generasi muda dan warisan budaya yang selama ini menjadi identitas masyarakat kita,” ungkap Nana.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, UNIKI tidak hanya menjadi tempat pembelajaran akademik, tetapi juga wadah untuk melestarikan dan mempromosikan seni tradisional, khususnya seni Aceh. Pentas seni ini sekaligus membuktikan bahwa seni pertunjukan dapat menjadi alat efektif untuk menjaga budaya lokal tetap hidup di tengah perubahan zaman.