Alumni Misbahul Ulum, Zahran Yumna, Raih Juara II MTQ Aceh Cabang Dekorasi Putra
Zahran Yumna, dari kafilah Kota Banda Aceh berhasil meraih Juara II Cabang Dekorasi Putra, mengungguli puluhan peserta dari berbagai kabupaten/kota di Aceh pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Provinsi Aceh tahun 2025.
Zahran merupakan alumni Pesantren Modern Misbahul Ulum, lembaga pendidikan yang dikenal menanamkan nilai-nilai keagamaan sekaligus seni kaligrafi. Dari sanalah kecintaannya terhadap seni menghias kalamullah tumbuh dan terasah.
“Alhamdulillah, capaian ini merupakan hasil dari latihan panjang, doa orang tua, dan dukungan teman-teman semua. Saya sangat bersyukur bisa mempersembahkan hasil terbaik untuk Banda Aceh,” ujar Zahran, Minggu (9/11/2025).
Keberhasilan kali ini menjadi peningkatan signifikan dibanding penampilannya pada MTQ Provinsi Aceh sebelumnya di Kabupaten Simeulue, ketika ia hanya meraih Juara Harapan III (peringkat enam). Kini, usahanya berbuah manis dengan menempati posisi juara kedua tingkat provinsi.
Zahran mengaku perjalanan menuju prestasi tersebut tidak mudah. Selama masa persiapan, ia harus membagi waktu antara aktivitas dakwah dan latihan intensif. Namun, dukungan orang tua serta rekan-rekan sesama peserta MTQ menjadi sumber kekuatannya.
“Saya belajar bahwa kemenangan sejati bukan hanya tentang piala, tetapi tentang kesabaran dan keikhlasan. Saya ingin terus memperdalam ilmu kaligrafi dan seni dekorasi Al-Qur’an agar bisa menjadi bagian dari syiar Islam di Aceh,” katanya.
Kini, di sela kesibukannya berkarya dan memperdalam seni kaligrafi, Ustaz Zahran, yang dikenal dengan sapaan Meong, juga aktif mengajar di Madrasah Hattatin di Gampong Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Madrasah tersebut berada di bawah binaan Ustaz Ana Iqbal, seorang pembimbing kaligrafi yang dikenal telah melahirkan banyak seniman muda Qurani di Aceh.
Di tempat itu, Zahran dengan penuh kesabaran membagikan ilmunya kepada para santri dan remaja yang ingin belajar seni dekorasi Al-Qur’an — mulai dari teknik goresan, komposisi warna, hingga makna spiritual di balik setiap pola kaligrafi.
“Saya ingin ilmu ini terus hidup. Jika ada anak muda yang mau belajar, saya siap membimbing. Sebab keindahan kaligrafi bukan hanya soal seni, tetapi juga tentang memahami makna penciptaannya,” tutupnya.